- Lembaran kedua; Masa lalu bersama Kak Ming, adalah yang terindah.
“Ichan, aku tungguin ya?” seru Mingyu di depan pintu kelas. Chan sedang piket sebelum pulang agar besok ia bisa berangkat lebih siang.
“Gak perlu kak, duluan aja. Lama kalau nunggu aku.” tolak Chan.
Namun, Mingyu malah masuk dan mengambil sapu. Siap membantu Chan menuntaskan piket. Awalnya Chan selalu menolak dan menyuruh Mingyu pulang duluan, tapi Mingyu sangat keras kepala. Jadi Chan membiarkan Mingyu menyapu sampai teras. Setelah dirasa cukup, mereka bergegas pulang. Menggunakan sepeda Mingyu yang rantainya sering lepas. Sambil berbagi cerita dan bercanda. Mingyu menggowes sepedanya laju agar cepat sampai mengingat hari sudah mulai petang.
“Sampai~ langsung istirahat ya, Ichan. Kalau ada pr kerjain pas malem aja biar gak kecapekan.” ucap Mingyu.
Chan mendengus sebal. “Harusnya aku yang bilang begitu, kak! Kamu pikir aku gak tahu habis ini kamu bukannya pulang malah lanjut kerja?”
Mingyu cuma balas senyum. Dia sudah menaruh telapak kakinya di pedal sepeda, siap untuk pergi. Chan makin dibuat kesal karena Mingyu tak menjawab apapun.
“Kak, kamu tuh kapan istirahatnya? Kerja terus.”
“Sampai aku udah benar-benar lelah dan butuh tempat ternyaman untuk beristirahat.”
Ucapan Mingyu terdengar biasa saja saat itu. Namun siapa sangka jika hal itu benar-benar terjadi di masa depan.
To be continued…